Pemuda Pelacur vs Pemuda Pejuang

Siapakah aktor intelektual di belakang para politisi busuk saat ini ?

Apakah ada pemuda?

Siapakah yang begitu mudah berkelahi hanya karena perbedaan fakultas, perbedaan organisasi dan beda warna SARA?

Apakah ada pemuda?

Siapakah yang sering datang memuji &mengolah para politisi busuk&pengusaha rakus, sehingga mereka semakin percaya diri dan merasa tak berdosa.

Apakah ada pemuda?

Siapakah yang terlibat menghalalkan segala cara dalam pilkada. Yang menyebabkan semakin berkuasanya local bosses dan local gangsterism?

Apakah ada pemuda?
*
Siapakah yang hanya menghabiskan waktunya dengan ritual agama individu&membiarkan tetangganya kelaparan dan membiarkan penggerak ekonomi bawah terbunuh oleh tusukan barang impor?

Siapakah yang rela membiarkan perut bumi negerinya dirampok oleh perusahaan asing yang nakal dan genit?

Apakah ada pemuda?

Maka disitulah kita merefleksikan Hari Sumpah Pemuda

***

sumber gambar: http://www.minangkabaunews.com
sumber gambar: http://www.minangkabaunews.com

Yakinlah, dibalik penguasa&pengusaha korup selalu ada pemuda yang hebat yang melacurkan diri&jiwanya.

Pemuda saat ini tidak ingin menjalani proses seperti Bung Karno, Bung Hatta,dkk, yang berjuang dengan penuh kesabaran dan kesedarhanaan.

Yang mencapai puncak dengan perjuangan yang keras. Mereka diancam, difitnah, dipenjara&mengalami percobaan pembunuhan berkali-kali.

Pemuda saat ini hanya melihat Soekarno dan Hatta pada fase 1945 ketika rakyat memberi amanah kekuasaan kepada mereka.

Pemuda hari ini lupa. Bahwa amanah datang ketika telah ada keringat dan darah yang diteteskan atas pembelaan nasib rakyat.

Nasib rakyat yang tergusur, rakyat yang lapar, rakyat menjadi korban pembodohan sistemik, dll.

Selamat Sumpah Pemuda bagi mereka yang terpenuhi syaratnya sebagai pemuda sejati. Bukan orang berusia muda tapi melacurkan idealisme dan negerinya, demi kemewahan hidupnya.

sumber gambar: http://celoteh-galang.blogspot.com
sumber gambar: http://celoteh-galang.blogspot.com

Pemuda butuh uang tapi bukan dengan menjadi pengemis.

Bukankah Bung Karno diawal pernikahnnya dengan Bu Inggit di Bandung beberapa kali harus ngutang demi bertahan hidup. (Baca: Cindy Adams, Soekarno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, 2010).

Kenapa Soekarno tidak pergi menjilat kepada penjajah Belanda, waktu itu.
Karena Soekarno paham bahwa “Leiden is Lijden” (memimpin adalah menderita).

Pemuda butuh kekuasaan untuk memaksimalkan perjuangan, tapi bukan dengan menjadi pelacur.

Karena pemuda yang melacurkan idealismenya, bukan hanya menghancurkan dirinya, tapi juga ikut menunda perbaikan negerinya, berpuluh-puluh tahun, bahkan beratus-ratus tahun lamanya.

*
Tolak Republik Binatang
Wujudkan Republik Manusia

Salam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *