Makan Malam Bersama The Crazy Rich Tanjung Priok

Beberapa purnama lalu saya terlibat dalam penulisan buku, 100 Politisi Nasdem. Salah satu yang saya riset dan narasikan adalah kisah derita Ahmad Sahroni, yang di kemudian hari menjadi ketua beberapa komunitas mobil mewah di negeri ini.

Saya kerumahnya kemarin, bersama penggerak mesin politik milenial Pak Jokowi yang kini menjadi kandidat menteri milenial, Muhammad Arief Rosyid Hasan.

Bersama Bang Sahroni, di Gang, depan rumahnya

Di sana kami mendapat suguhan yang lengkap, mulai dari ubi goreng, nasi uduk, buku, sweater, dan wifi karena jaringan biasa tidak rancak di sana. Beliau juga berbagi banyak tips yang detail untuk melewati semak belukar kehidupan agar bisa selamat sampai di puncak.

Kehidupannya yang mewah hari ini, dia harapkan bisa dimaknai sebagai inspirasi bagi yang belum sukses. Siapapun bisa berhasil, meskipun hari ini begitu dihinakan, jika punya semangat kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas.

Anggota DPR RI yang baru mendapat mandat rakyat untuk periode keduanya ini bercerita, bahwa karena kemiskinannya, dulu dia pernah diusir dari rumah om-nya. Pakaiannya dilempar dari lantai dua. Sahroni juga pernah diusir oleh kerabat bosnya saat dia duduk-duduk di lobi kantor karena cuaca di luar sangat panas. Kata orang tersebut, ’’Sopir itu tidak di sini tempatnya, tapi di luar sana”.

Selanjutnya, Sahroni ingin menjelaskan bahwa apa yang didapatnya saat ini adalah perjuangannya di jalur bisnis. Jauh sebelum masuk politik melalui kamar legislatif, dia sudah punya beberapa mobil mewah. Dia masuk politik karena kesadaran bahwa berbuat baik kepada masyarakat tidak cukup dengan mengambil fungsi “sinterklas”, namun butuh ikut meracik kebijakan publik. Sebab, sejatinya, di sanalah akar derita publik.

Kemudian, barang mewah yang dimilikinya, bukan hanya untuk target konsumsi, tapi juga menjadi barang jualan. Jika ada yang menawar mobilnya dengan harga yang pas, maka dia akan melepasnya untuk kemudian mencari lagi barang baru.

Sahroni adalah kisah yang yang pincang dalam parenting. Dia tumbuh tanpa mengenal sosok ayah karena orangtuanya bercerai saat dia belum mencapai 100 hari di bumi Allah. Sosok ibu dan neneknya mengisi dimensi feminim dan maskulin sekaligus dalam tahap perkembangan hidupnya. Yang menarik, setelah dia sukses, ada beberapa laki-laki yang datang mengaku sebagai ayahnya.

Kisah manusia memintasi takdir kemanusiaanya adalah bahan imajinasi menuju republiknya manusia.

salam

www.republikmanusia.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *